AIR MATA BAHAGIA DI HARI KEMERDEKAAN
Pagi
yang cerah, burung-burung bernyanyi riang menyambut datangnya sang mentari.
Siswa-siswi SMP Kusuma Bangsa berlarian kesana-kemari menuju ke kelas mereka
masing-masing. Fahri adalah murid baru pindahan dari Malaysia, karena ayahnya
baru saja telah menyelesaikan studynya sebagai seorang tentera dan kemudian
diberi mandat oleh pemerintah Indonesia untuk mengemban tugasnya sebagai
seorang tentara. Untuk itu Fahri bersama keluarganya kembali ke Indonesia.
“Anak-anak
hari ini kalian kedatangan murid baru dari Malaysia, namanya Fahri, ayo nak
Fahri perkenalkan dirimu”. Bu guru mempersilahkanya.
“Haii
teman-teman, perkenalkan nama saya Fahri, saya pindahan dari Malaysia namun
saya asli orang Indonesia”. Ujar fahri.
“Nah
sekarang kamu boleh duduk”.
“Terima
kasih ibu”.
Fahri pun duduk dibangku yang telah
disediakan dan dia juga mulai menyesuaikan diri dengan yang lainya. Baru
beberapa menit Fahri mampu bergaul dengan teman yang lainya seperti Ikbal,
Kiki, Farel dan Diki. Berbeda dengan Anton, Didit dan Boby, mereka tidak senang
dengan Fahri, mereka selalu saja membuat masalah dengan yang lainya.
****
“Eh,,
anak baru,jangan belagu lu di sekolah ini!!!” Bentak Boby.
“Iya
jangan macem-macem lu sama kita-kita,kalau lu mau sekolah disini lu harus setor
sama gue...!!” Sela Anton.
“Emang
kalian siapa???” Jawab Fahri.
“Berani
lu sama gue ahh....??” Bentak Anton.
“Mana
bayar?? tinggal bayar aja ko repot....” Sela Didit.
“Tidak
mau, permisi saya mau lewat” Jawab Fahri dengan cuek.
Fahri pun meninggalkan mereka
bertiga tanpa memberinya uang. Fahri memang anak yang pemberani dan cerdas,
sampai-sampai banyak teman-temanya yang menyukainya.
Sudah sebulan Fahri sekolah di SMP
Kusuma Bangsa, tak terasa sebentar lagi hari kemerdekaan tiba, dimana hari yang
bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
telah bebas dari penjajah. Seperti biasanya, SMP Kusuma Bangsa akan mengadakan
upacara bendera, namun kali ini akan dilaksanakan dengan semeriah mungkin, berbeda
dengan tahun-tahun kemarin karena bertepatan dengan bulan Ramadhan sehingga
tidak semaksimal mungkin.
Dalam memperingati hari kemerdekaan,
SMP kusuma Bangsa akan mengadakan berbagai lomba-lomba agar acara lebih meriah,
diantaranya, lomba lari,balap sarung, paduan suara, dll.
“Anak-anak
sebentar lagi hari kemerdekaan tiba, sekolah kita akan mengadakan berbagai
lomba-lomba untuk memeriahkan acara, ibu minta untuk anak-anak ikut serta dalam
memeriahkan hari kemerdekaan, kalian bisa daftarkan diri ke kakak-kakak OSIS”.
Ucap Ibu Guru.
“Iya...
Ibu...” jawab anak-anak kompak.
“Bu...
kalau mengikuti lebih dari satu lomba, bolehkan bu??” Tanya Serly.
“Boleh
kalian bisa mengikuti apa aja yang kalian inginkan.”
“Ok
Bu guru....”
Setelah selesai pengumuman Fahri dan
teman-temanya segera daftarkan diri untuk mengikuti lomba. Fahri mengikuti
lomba lari, sedangkan yang lainya mengikuti lomba balap sarung. Namun disisi
lain ada yang tidak menyukai Fahri ikut lomba lari, karena takut kesaing, Anton
namanya.
Fahri sudah lama mengalami patah
tulang sampai-sampai harus di gips, namun semangatnya untuk menjadi atlet lari
tak pernah pudar,meski berkali-kali dia gagal, namun Fahri tak pernah menyerah.
Meski terkadang Ayahnya sering melarangnya untuk mengikuti atlet lari, karna
takut akan berakibat fatal pada kaki Fahri. Namun apalah daya sorang Ayah tak
tega melihat anaknya patah semangatnya, Ayahnya hanya bisa menyemangati dan
menasehati Fahri.
Semangat membara yang muncul dalam
diri Fahri, tak kuasa jika Ayahnya harus melarang Fahri untuk menjadi atlet
lari.
“Fahri,
kamu yakin nak.. di hari kemerdekaan ini kamu akan ikut serta dalam
memperingatinya??? Tanya sang Ayah.
“Ayah.......
yakinlah, pasti Fahri bisa yah,,percayalah....” Jawab Fahri.
“Iya
nakkk... Ayah yakin kamu pasti bisa, karna kamu adalah pemuda yang tangguh,
namun yang Ayah takutkan bagaimana kaki kamu, Ayah takut kamu akan cidera??”.
“Yahh...
Fahri janji, Fahri gax akan ngecewain Ayah seperti dulu lagi, Fahri hanya butuh
semangat dan do’a dari Ayah,, demi memperingati kemerdekaan bangsa kita yah???”
“Semangattt
nakk.... kamu pasti bisa!!!!”.
Pelukan sang Ayah menambah semangat
yang berkobar dalam diri Fahri, dia tak peduli apa yang akan terjadi pada
dirinya, yang dipikirkan saat ini adalah membuktikan kepada seluruh dunia,
bahwa ia mampu melakukanya, meskipun berlari dengan kaki yang di gips.
****
Hari kemerdekaan tinggal satu minggu
lagi, siswa-siswi SMP Kusuma Bangsa, sibuk untuk mempersiapkanya. Ada yang
sedang latihan paskibraka, latihan drumband, merpersiapkan lomba dan
bersih-bersih. Mereka sangat semangat dalam menyambut hari kemerdekaan RI,
berusaha semaksimal mungkin agar acara berjalan dengan lancar dan meriah,
karena ini adalah suatu kebabanggaan badi bangsa Indonesia.
“Eh...
fahri lo yakin akan ikut lomba lari???” Celetuk Anton.
“Mang
kenapa kalau saye ikut?” Jawab Fahri.
“Eh...
anak baru, kaki lo kan di gips, mana bisa lo lari.....”. Ejek Boby.
“Betul
tuh bos,, paling-paling kelepek-kelepek,,” Tambah Didit.
“Hahahahahahahah.......”
Mereka semua menertawakan Fahri, sampai dia
sedih hatinya dan pergi dari kerumunan anak-anak. Kemudian disusul oleh ke
empat sahabatnya itu.
“Udah
ri, jangan dengarkan kata-kata mereka.” Hibur Kiki.
“Iya
ri, hanya orang-orang yang bodoh saja yang dengerin kata-kata mereka”. Ucap
Ikbal.
“Aku
yakin ko, kamu pasti bisa!!!!”. Tambah Farel
“Makasih
ya teman-teman atas dukunganya” Jawab Fahri.
“Ahhh..
kita kan sahabat ri, harus saling menghibur.” Ucap Diki.
“Buktikan
kepada mereka kalau kamu bisa jadi juara, ok... kalau putus asa begini bukan
Fahri yang kita-kita kenal ya gakk teman-teman???”.
Sejak saat itulah semangat Fahri
berkobar lagi, beruntung dia mempunyai sahabat yang bisa membuat dia bangkit
lagi, tanpa mereka mungkin Fahri akan mengundurkan diri dari lomba lari. Dan
dia juga bersyukur mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya.
Sepulang sekolah dia pun
menceritakan apa yang tadi dialami di sekolahnya kepada sang Ayah tercinta.
Ayahnya hanya tersenyum, mendengarkan cerita Fahri dan memberi nasehat kepada
Fahri, berkali-kali dia mendapat dukungan dan semangat dari orang-orang yang
dia cintai. Berkat semangat sang Ayahnya, keyakinan Fahri untuk mengikuti lomba
lari bertambah, dia bertekad akan mewujudkan impianya itu.
****
Hari yang di tunggu-tunggu pun
akhirnya tiba juga, hari yang paling penting dan bersejarah bagi Indonesia.
Semua masyarakat di sekitarnya ikut melaksanakan upacara bendera untuk
menghormati dan mengenang jasa-jasa para pejuang terdahulu. Ayah dan Ibunya Fahri
pun ikut serta melaksanakan upacara bendera. Saat sang merah putih dikibarkan
oleh pasukan pengibar bendera, semua menyanyikan lagu kebangsaan yaitu
Indonesia Raya dengan penuh penghayatan.
Setelah upacara selesai, kini
saatnya acara lomba-lomba dimulai, dari berbagai lomba, semuanya terlaksana.
Namun tinggal satu lomba yang belum dilaksanakan yaitu lomba lari, dimana Fahri
ikut serta dalam lomba ini. Sebelum mengikuti lomba, Fahri sempat berdo’a dan
meminta restu kepada orang tuanya, agar diberi kelancaran dan tidak terjadi
apa-apa pada Fahri.
“Ayoo....
Fahrii.... kamu pasti bisa!!!!!!!!”. Sorak para sahabatnya.
“Fahri...Fahrii...Fahri...”
Tepuk
tangan yang meriah meambah semangat Fahri semakin berkobar.
“Priiiiittttttttttt..................”
Peluit
telah dibunyikan bertanda lomba sudah dimulai. Mulut sang Ayah tak
henti-hentinya membaca dzikir, dia terus berkomat kamit membacakan do’a kepada
sang Ilahi, jantung sang ibu berdekup sangat kencang bercampur keringat dingin
yang membasahi pipi sang ibu.
“Bu....
Ayah tak mau melihat Fahri,bu...ayo kita pulang saja”. Kata Sang Ayah.
“Jangan
yah.,, kasihan Fahri,masa kita harus meninggalkannya??”.
“Tapi
Ayah, gak pengin melihatnya bu.. takuttt..???”.
“kita
berdo’a saja yah,, semoga Fahri diberi kekuatan.”
Garis start, tinggal beberapa meter
lagi., Fahri menempati yang terdepan, sorak porandai semakin ramai. Teriakan
dari sahabatnya pun begitu terdengar ditelinga Fahri. Fahri menambah
kecepatanya. Namun apa yang terjadi?.
“Yah....lihat,,
gips Fahri copot yah,, bagaimana ini yah,, apakah dia masih kuat??”
“Iya
bu.. Ayahh lihat,, ya Tuhan.... semoga dia bisa ya bu.”
“Ibu
takut yahh.......”.
Subhanallah.,
keajaiban datang, Fahri pun bisa berlari tanpa mengguanakan gips, gipsnya lepas
saat beberapa meter dari garis star. Fahri bisa berlari seperti anak-anak yang
mempunyai kaki normal lainya. Kedua orang tuanya yang tegang berubah lemas, dan
tangisa haru, sungguh keajaiban dari Tuhan.
“Yeyyyy....
Fahri menang yahh,,buu, horeeee....!!!”. Teriak Fahri.
Kedua
orang tuanya berlari, menjemput Fahri dari area perlombaan, dan memeluknya
dengan pelukan yang sangat erat. Tangisan bahagia membuat semua orang terkagum-kagum
pada Fahri sampai mereka meneteskan air mata kebahagiaan.
Fahri adalah, murid baru pindahan
dari Malaysia,karena ayahnya telah selesai studynya,sehingga harus mengemban
tugas di Indonesi. Fahri pun terpakasa harus pindah sekolah. Setelah sebulan
lebih Fahri sekolah, tak terasa hari kemerdekaan akan segera datang, berbagai
lomba-lomba yang akan diadakan di sokalah barunya. Salah satunya adalah lomba
lari.
Karena Fahri ingin menjadi seorang
atlet lari, Fahri pun mendaftarkan diri meskipun harus berlari dengan kaki di
gips. Teman-temanya selalu saja mengejeknya, namun karna Fahri mempunya 4
sahabat, Fahri pun tak patah semangat. Dan karena nasehat-nasehat Ayahnya dia
lebih bersemangat, meskipun Ayah Fahri berat untuk menerima semua ini, namun
demi anaknya Ayah Fahri selalu memberinya semangat, hingga akhirnya air mata
bahagia menetes dihari kemerdekaan karena keberhasilanya dan keajaiban dari Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar