Jumat, 09 Oktober 2015

cerpen air mata b ahagi di hari kemerdekaan


AIR MATA BAHAGIA DI HARI KEMERDEKAAN
Pagi yang cerah, burung-burung bernyanyi riang menyambut datangnya sang mentari. Siswa-siswi SMP Kusuma Bangsa berlarian kesana-kemari menuju ke kelas mereka masing-masing. Fahri adalah murid baru pindahan dari Malaysia, karena ayahnya baru saja telah menyelesaikan studynya sebagai seorang tentera dan kemudian diberi mandat oleh pemerintah Indonesia untuk mengemban tugasnya sebagai seorang tentara. Untuk itu Fahri bersama keluarganya kembali ke Indonesia.
“Anak-anak hari ini kalian kedatangan murid baru dari Malaysia, namanya Fahri, ayo nak Fahri perkenalkan dirimu”. Bu guru mempersilahkanya.
“Haii teman-teman, perkenalkan nama saya Fahri, saya pindahan dari Malaysia namun saya asli orang Indonesia”. Ujar fahri.
“Nah sekarang kamu boleh duduk”.
“Terima kasih ibu”.
            Fahri pun duduk dibangku yang telah disediakan dan dia juga mulai menyesuaikan diri dengan yang lainya. Baru beberapa menit Fahri mampu bergaul dengan teman yang lainya seperti Ikbal, Kiki, Farel dan Diki. Berbeda dengan Anton, Didit dan Boby, mereka tidak senang dengan Fahri, mereka selalu saja membuat masalah dengan yang lainya.
****
“Eh,, anak baru,jangan belagu lu di sekolah ini!!!” Bentak Boby.
“Iya jangan macem-macem lu sama kita-kita,kalau lu mau sekolah disini lu harus setor sama gue...!!” Sela Anton.
“Emang kalian siapa???” Jawab Fahri.
“Berani lu sama gue ahh....??” Bentak Anton.
“Mana bayar?? tinggal bayar aja ko repot....” Sela Didit.
“Tidak mau, permisi saya mau lewat” Jawab Fahri dengan cuek.
            Fahri pun meninggalkan mereka bertiga tanpa memberinya uang. Fahri memang anak yang pemberani dan cerdas, sampai-sampai banyak teman-temanya yang menyukainya.
            Sudah sebulan Fahri sekolah di SMP Kusuma Bangsa, tak terasa sebentar lagi hari kemerdekaan tiba, dimana hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah bebas dari penjajah. Seperti biasanya, SMP Kusuma Bangsa akan mengadakan upacara bendera, namun kali ini akan dilaksanakan dengan semeriah mungkin, berbeda dengan tahun-tahun kemarin karena bertepatan dengan bulan Ramadhan sehingga tidak semaksimal mungkin.
            Dalam memperingati hari kemerdekaan, SMP kusuma Bangsa akan mengadakan berbagai lomba-lomba agar acara lebih meriah, diantaranya, lomba lari,balap sarung, paduan suara, dll.
“Anak-anak sebentar lagi hari kemerdekaan tiba, sekolah kita akan mengadakan berbagai lomba-lomba untuk memeriahkan acara, ibu minta untuk anak-anak ikut serta dalam memeriahkan hari kemerdekaan, kalian bisa daftarkan diri ke kakak-kakak OSIS”. Ucap Ibu Guru.
“Iya... Ibu...” jawab anak-anak kompak.
“Bu... kalau mengikuti lebih dari satu lomba, bolehkan bu??” Tanya Serly.
“Boleh kalian bisa mengikuti apa aja yang kalian inginkan.”
“Ok Bu guru....”
            Setelah selesai pengumuman Fahri dan teman-temanya segera daftarkan diri untuk mengikuti lomba. Fahri mengikuti lomba lari, sedangkan yang lainya mengikuti lomba balap sarung. Namun disisi lain ada yang tidak menyukai Fahri ikut lomba lari, karena takut kesaing, Anton namanya.
            Fahri sudah lama mengalami patah tulang sampai-sampai harus di gips, namun semangatnya untuk menjadi atlet lari tak pernah pudar,meski berkali-kali dia gagal, namun Fahri tak pernah menyerah. Meski terkadang Ayahnya sering melarangnya untuk mengikuti atlet lari, karna takut akan berakibat fatal pada kaki Fahri. Namun apalah daya sorang Ayah tak tega melihat anaknya patah semangatnya, Ayahnya hanya bisa menyemangati dan menasehati Fahri.
            Semangat membara yang muncul dalam diri Fahri, tak kuasa jika Ayahnya harus melarang Fahri untuk menjadi atlet lari.
“Fahri, kamu yakin nak.. di hari kemerdekaan ini kamu akan ikut serta dalam memperingatinya??? Tanya sang Ayah.
“Ayah....... yakinlah, pasti Fahri bisa yah,,percayalah....” Jawab Fahri.
“Iya nakkk... Ayah yakin kamu pasti bisa, karna kamu adalah pemuda yang tangguh, namun yang Ayah takutkan bagaimana kaki kamu, Ayah takut kamu akan cidera??”.
“Yahh... Fahri janji, Fahri gax akan ngecewain Ayah seperti dulu lagi, Fahri hanya butuh semangat dan do’a dari Ayah,, demi memperingati kemerdekaan bangsa kita yah???”
“Semangattt nakk.... kamu pasti bisa!!!!”.
            Pelukan sang Ayah menambah semangat yang berkobar dalam diri Fahri, dia tak peduli apa yang akan terjadi pada dirinya, yang dipikirkan saat ini adalah membuktikan kepada seluruh dunia, bahwa ia mampu melakukanya, meskipun berlari dengan kaki yang di gips.
****
            Hari kemerdekaan tinggal satu minggu lagi, siswa-siswi SMP Kusuma Bangsa, sibuk untuk mempersiapkanya. Ada yang sedang latihan paskibraka, latihan drumband, merpersiapkan lomba dan bersih-bersih. Mereka sangat semangat dalam menyambut hari kemerdekaan RI, berusaha semaksimal mungkin agar acara berjalan dengan lancar dan meriah, karena ini adalah suatu kebabanggaan badi bangsa Indonesia.
“Eh... fahri lo yakin akan ikut lomba lari???” Celetuk Anton.
“Mang kenapa kalau saye ikut?” Jawab Fahri.
“Eh... anak baru, kaki lo kan di gips, mana bisa lo lari.....”. Ejek Boby.
“Betul tuh bos,, paling-paling kelepek-kelepek,,” Tambah Didit.
“Hahahahahahahah.......”
 Mereka semua menertawakan Fahri, sampai dia sedih hatinya dan pergi dari kerumunan anak-anak. Kemudian disusul oleh ke empat sahabatnya itu.
“Udah ri, jangan dengarkan kata-kata mereka.” Hibur Kiki.
“Iya ri, hanya orang-orang yang bodoh saja yang dengerin kata-kata mereka”. Ucap Ikbal.
“Aku yakin ko, kamu pasti bisa!!!!”. Tambah Farel
“Makasih ya teman-teman atas dukunganya” Jawab Fahri.
“Ahhh.. kita kan sahabat ri, harus saling menghibur.” Ucap Diki.
“Buktikan kepada mereka kalau kamu bisa jadi juara, ok... kalau putus asa begini bukan Fahri yang kita-kita kenal ya gakk teman-teman???”.
            Sejak saat itulah semangat Fahri berkobar lagi, beruntung dia mempunyai sahabat yang bisa membuat dia bangkit lagi, tanpa mereka mungkin Fahri akan mengundurkan diri dari lomba lari. Dan dia juga bersyukur mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya.
            Sepulang sekolah dia pun menceritakan apa yang tadi dialami di sekolahnya kepada sang Ayah tercinta. Ayahnya hanya tersenyum, mendengarkan cerita Fahri dan memberi nasehat kepada Fahri, berkali-kali dia mendapat dukungan dan semangat dari orang-orang yang dia cintai. Berkat semangat sang Ayahnya, keyakinan Fahri untuk mengikuti lomba lari bertambah, dia bertekad akan mewujudkan impianya itu.
****
            Hari yang di tunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga, hari yang paling penting dan bersejarah bagi Indonesia. Semua masyarakat di sekitarnya ikut melaksanakan upacara bendera untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para pejuang terdahulu. Ayah dan Ibunya Fahri pun ikut serta melaksanakan upacara bendera. Saat sang merah putih dikibarkan oleh pasukan pengibar bendera, semua menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya dengan penuh penghayatan.
            Setelah upacara selesai, kini saatnya acara lomba-lomba dimulai, dari berbagai lomba, semuanya terlaksana. Namun tinggal satu lomba yang belum dilaksanakan yaitu lomba lari, dimana Fahri ikut serta dalam lomba ini. Sebelum mengikuti lomba, Fahri sempat berdo’a dan meminta restu kepada orang tuanya, agar diberi kelancaran dan tidak terjadi apa-apa pada Fahri.
“Ayoo.... Fahrii.... kamu pasti bisa!!!!!!!!”. Sorak para sahabatnya.
“Fahri...Fahrii...Fahri...”
Tepuk tangan yang meriah meambah semangat Fahri semakin berkobar.
“Priiiiittttttttttt..................”
Peluit telah dibunyikan bertanda lomba sudah dimulai. Mulut sang Ayah tak henti-hentinya membaca dzikir, dia terus berkomat kamit membacakan do’a kepada sang Ilahi, jantung sang ibu berdekup sangat kencang bercampur keringat dingin yang membasahi pipi sang ibu.
“Bu.... Ayah tak mau melihat Fahri,bu...ayo kita pulang saja”. Kata Sang Ayah.
“Jangan yah.,, kasihan Fahri,masa kita harus meninggalkannya??”.
“Tapi Ayah, gak pengin melihatnya bu.. takuttt..???”.
“kita berdo’a saja yah,, semoga Fahri diberi kekuatan.”
            Garis start, tinggal beberapa meter lagi., Fahri menempati yang terdepan, sorak porandai semakin ramai. Teriakan dari sahabatnya pun begitu terdengar ditelinga Fahri. Fahri menambah kecepatanya. Namun apa yang terjadi?.
“Yah....lihat,, gips Fahri copot yah,, bagaimana ini yah,, apakah dia masih kuat??”
“Iya bu.. Ayahh lihat,, ya Tuhan.... semoga dia bisa ya bu.”
“Ibu takut yahh.......”.
Subhanallah., keajaiban datang, Fahri pun bisa berlari tanpa mengguanakan gips, gipsnya lepas saat beberapa meter dari garis star. Fahri bisa berlari seperti anak-anak yang mempunyai kaki normal lainya. Kedua orang tuanya yang tegang berubah lemas, dan tangisa haru, sungguh keajaiban dari Tuhan.
“Yeyyyy.... Fahri menang yahh,,buu, horeeee....!!!”. Teriak Fahri.
Kedua orang tuanya berlari, menjemput Fahri dari area perlombaan, dan memeluknya dengan pelukan yang sangat erat. Tangisan bahagia membuat semua orang terkagum-kagum pada Fahri sampai mereka meneteskan air mata kebahagiaan.

           














            Fahri adalah, murid baru pindahan dari Malaysia,karena ayahnya telah selesai studynya,sehingga harus mengemban tugas di Indonesi. Fahri pun terpakasa harus pindah sekolah. Setelah sebulan lebih Fahri sekolah, tak terasa hari kemerdekaan akan segera datang, berbagai lomba-lomba yang akan diadakan di sokalah barunya. Salah satunya adalah lomba lari.
            Karena Fahri ingin menjadi seorang atlet lari, Fahri pun mendaftarkan diri meskipun harus berlari dengan kaki di gips. Teman-temanya selalu saja mengejeknya, namun karna Fahri mempunya 4 sahabat, Fahri pun tak patah semangat. Dan karena nasehat-nasehat Ayahnya dia lebih bersemangat, meskipun Ayah Fahri berat untuk menerima semua ini, namun demi anaknya Ayah Fahri selalu memberinya semangat, hingga akhirnya air mata bahagia menetes dihari kemerdekaan karena keberhasilanya dan  keajaiban dari Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar