KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam,
yang berkat taufiq, hidayah dan ma’unahnya, sehingga tugas makalah yang
berjudul “ STUDY FIQIH TENTANG WUDHU”, ini dapat kami selesaikan. Makalah ini
kami buat sebagai memenuhi tugas.
Shalawat dan salam selalu kami
haturkan kepada baginda Nabi Rasulullah SAW yang membawa syari’at islam dan
suri tauladan bagi umat manusia.
Dalam
kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.
Saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah
ini penulis sangat meghargai.
Wonosobo,
22 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar-------------------------------------------------------------------- i
Daftar
isi-------------------------------------------------------------------------- ii
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang----------------------------------------------------------------- 1
Rumusan masalah-------------------------------------------------------------- 1
Tujuan-------------------------------------------------------------------------- 1
BAB
II
PEMBAHASAN
Faktor-faktor
yang memngaruhi keberhasilan belajar-------------------------- 2
Sejarah
dan pengertian intelegensi--------------------------------------------- 3
Pengukuran
intelegensi--------------------------------------------------------- 4
Teori
multiple intelegensi------------------------------------------------------ 5
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan--------------------------------------------------------------------- 8
Daftar pustaka--------------------------------------------------------------------- 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Banyak hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam keberhasilan
belajar seorang pelajar. Keberhasilan belajar ini sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan seorang pelajar. Namun, dalam belajar tidak semuanya berjalan
secara mulus. Hal itu dikarenakan karena hambatan atau pengaruh-pengaruh lain
baik dari dalam diri seorang pelajar itu sendiri maupun dari luar atau lebih
tepatnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang pelajar. Faktor dari dalam diri seorang pelajar
disebut faktor indigon yang meliputi faktor biologis dan faktor pshykologis.
Sedangkan faktor dari luar disebut fakktor exogin yang meliputi faktor
instrumental dan faktor lingkungan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Ø Faktor-faktor yang memngaruhi keberhasilan belajar
Ø Sejarah dan pengertian intelegensi
Ø Pengukuran intelegensi
Ø Teori multiple intelegensi
C.
TUJUAN
Ø Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
Ø Mengetahui sejarah dan pengertian intelegensi
Ø Mengetahui pengukuran intelegensi
Ø Memahami teori multiple intelegensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar
Banyak hal-hal yang
dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar, atau menghambat
kemajuan belajar bahkan sering juga terjadi kegagalan. Dalam hal ini dapat
dikarenakan oleh dua faktor yaitu faktor indigon dan faktor exogin.
Faktor indigon yaitu faktor yang datang dari diri pelajar itu
sendiri seperti:
§
Faktor
biologis, meliputi:
a.
Kesehatan
jasmani
b.
Gizi
tinggi (gizi kurang, maka lekas lelah, mudah mengantuk, sukar menerima
pelajaran
c.
Kondisi
panca indra.[1]
§
Faktor
pshychologis
a.
Inteligensi
Faktor
inteligensi adalah faktor dari dalam yang sangat besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar anak. Bilamana pembawaan inteligensi anak memang rendah, maka
anak terebut memang sukar mencapai hasil belajar yang baik, sehingga perlu
bantuan dari pendidik atau orang tua untuk dapat berhasil dalam belajarnya. [2]
b.
Minat
Yaitu
suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal tanpa ada yang
menyuruh.
c.
Bakat
Bakat
diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih.
d.
Motivasi
Yaitu
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
e.
Kemampuan
kognitif
Ranah
kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada anak didik untuk dikuasai
karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.[3]
Faktor exogin yaitu faktor yang
datang dari luar pelajar meliputi:
§
Faktor
Imstrumental
a.
Kurikulum
b.
Program
c.
Sarana
dan fasilitas
d.
Guru.[4]
§
Faktor
Lingkungan
a.
Faktor
sosial
Lingkungan
sosial yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar adalah guru, teman-teman
sekelas, masyarakat dan tetangga. Adapun linkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar iaalah orantua dan keluarga siswa itu sendiri.
b.
Faktor
nonsosial
Lingkungan
yang tergolong dalam nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, tempat
tinggal seseorang, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan pelajar.[5]
B.
Sejarah
dan Pengertian Intelegensi
1.
Sejarah
Inteligensi
berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang
juga bersalal dari bahasa latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang inteligensi pertama kali
dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn
mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat
melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut
dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya
disebut “Noeseis”.[6]
2.
Pengertian
Andrew crider mengatakan bahwa intelegensi
itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur tapi hampir mustahil untuk
didefinisikan. Hal tampak dalam bebebara definisi intelegensi sebagaimana
pernah dirumuskan oleh para ahli. Seperti Alfred Binet, beliau mendefinisikan
intelegensi terdiri atas tiga kompenen, kemampuan untuk mengarahkan
fikiran, kemampuan untuk mengubah arah
tindakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Lewis madision terman
mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara
abstrak. Sedangkan H.H. Goddard mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat
kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
langsung dihadapi.[7]
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa definisi intelegensi
adalah kemampuan untuk mengarahkan fikiran secara abstrak, tindakan dan
mengkritik diri sendiri sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
maslah yang dihadapi.
C.
Pengukuran
Intilegensi
Menurut Cyril Burt, metode untuk mengukur intelligensi dapat di
bagi menjadi dua kelompok besar yaitu menggunakan metode korelasional dan
metode skala umur.
1.
metode
korelasional
metode ini di
pelopori oleh Francis Galton
dengan mendenifisikan intelligensi sebagai kapasitas biologi untuk pencapaian
intelektual. Dari definisi tersebut Galton mengukur intilegensi dengan mengukur
kecepatan mental dan ketajaman panca indra melalui respon terhadap stimulus
dari lingkungan.
2.
Metode
skala umur
Metode
ini di pelopori oleh Alfred Binet
mengajukan dua asumsi terhadap inteligensi di antaranya yaitu:
a.
Kemammpuan
mental berkembang dengan semakin bertambahnya umur
b.
Kecepatan
manusia dalam memperoleh kompetensi mental mempunyai karakteristik tersendiri
dan bersifat konstan dengan berlalunya waktu.
Untuk
mengukur kemampuan mental, Binet mewawancarai guru yang berpengalaman dan
bertanya tentang masalah yang dapat dipecahkan anak berumur tiga, empat, lima
dan seterusnya. Dari penelitian tersebut Binet memperkenalkan apa yang disebut
usia mental. Pengukuran ini berguna untuk dunia pendidikan.[8]
Istilah
usia mental dikemukakan untuk pertama kalinya bersamaan dengan perumusan
perhitungan IQ yaitu:
|
IQ= (
MA/CA)˟100
|
Keteranga
: MA= Mental Age( usia mental )
CA= Chronological Age ( usia kronologis).
Pada masa
tersebut, rumus IQ digunakan untuk menentukan tingkat inteligensi anak
berdasarkan hasil tes intilegensi Binet. Sebenarnya usia mental merupakan suatu
norma pembanding, yaitu norma performansi pada kelompok tertentu. Sedangkan usia kronologis itu sendir adalah
usia anak sejak dilahirkan yang dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam
satuan bulan.[9]
D.
Teori
Multiple Intelligence
Kecerdasan seseorang itu bersifat majemuk atau multiple, bisa
cerdas dibidang A, tetapi belum tentu dibidang B. Ada orang yang memiliki
banyak kecerdasan dan bisa menggunakan bersamaan pada waktu yang sama. Tetapi
ada juga orang yang hanya cerdas disatu bidang, sementara dibidang lainnya
mereka bodoh. Kita perlu mengenali dibidang apa kecerdasan kita paling
menonjol, lalu memanfaatkannya semaksimal mungkin, sementara juga bisa berusaha
keras belajar untuk cerdas dibidang-bidang lain. Dengan demikian, kita perlu
memperhatikan dibidang apa saja anak-anak kita cerdas dan kita perlu memberi
perhatian lebih pada bidang-bidang kecerdasan paling menonjoj pada mereka. Kecerdasan
khas yang menonjol pada diri mereka inilah pendidikan yang berbasis pada
pengetahuan tentang teori kecerdasan majemuk atau multiple intelegensi.
Konsep
MI (Multiple Intelegensi) dipopularkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University, AS.
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan tidak terdiri dari satu yang umum dan
beberapa yang khusus, melainkan memang benar-benar ada beberapa intelligensi
khusus yang masing-masing mandiri, yaitu (dalam buku versi 1983) kecerdasan
bahasa (linguistic), logika- matematika (logic mathematical) dan
ruang(sepatial). Dalam versi 1999 di tambah satu yaitu kecerdasan tentang
alam(naturalistic intelligensi).
Tulisan
Gardner dalam bukunya Frames of Mind, “semua kecerdasan yang kita miliki
menjadikan kita organisme manusia, jika ditinjau dari sudut kognitif.” Dalam
bukunya Intelligence Raframed, dia menyatakan hal yang seruba bahwa “ pada
dasarnya suatu kecerdasan itu menunjuk pada potensi biopsikologis spesies kita
(Homo Sapiens) untuk memproses suatu jenis informasi tertentu dalam cara-cara
tertentu.” Menurut teori MI, manusia memiliki banyak kecerdasan, sebagai
berikut:
a.
Kecerdasan
logis matematis
Kemampuan untuk
berfikir saintifik, deduktif logis, kalkulasi numerik, memecahkan masalah dalam
waktu yang sangat singkat dalam benak sebelum dituankan ke dalam tulisan.
b.
Kecerdasan
linguistik
Penguasaan atas
bahasa, segala segi ketatabahasaan, dunia semantik dan fonologi.
c.
Kecerdasan
musikal
Kemampuan
kognitif untuk menciptakan berbagi jenis komposisi musik atau memainkannya atau
memberi tafsiran yang pas atas suatu komposisi musik.
d.
Kecerdasan
spasial
Kemampuan
mental untuk dengan baik mengenali ruang dan tempat-tempat didalmnya, dalam
rangka mengarahkan gerak dan arah sesuatu dalam suatu navigasi.
e.
Kecerdasan
interpersonal
Kepiawaian
untuk mengenali diri individu-individu diluar sendiri dan mendeteksi berbagai
suasana mental mereka masing-masing dan untuk membaca alam pikiran.
f. Kecerdasan intrapersonal
Kemampuan
mental untuk mengenali aspek-aspek internal diri sendiri, misalnya kognisi,
perasaan, emosi, kebutuhan, keinginan, kemauan, harapan, kerinduan, dan untuk
membeda-bedakan aspek-aspek ini, yang diperlukan untuk memahami dan memandu
perilaku dan tindakan sendiri.
g. Kecerdasan kinestik-ragawi
kemampuan
untuk menggunakan dan mengontrol tubuh sendiri dan semua anggotanya dengan
sangat piawai dan dalam cara yang sangat beranekaragam, dan untuk menggunakan
berbagai objek dan benda dengan mahir dan memikat, bagi keperluan pementasan
dan pagelaran atau tujuan-tujuan lain.[10]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam belajar, banyak hal-hal yang dapat menghambat atau
mempengaruhi kondisi belajar untuk mencapai suatu keberhasilan. Hal yang dapat
mempengaruhi kondisi belajar dapat dikarenakan oleh dua faktor yaitu faktor indigon(
dalam) dan faktor exogin( luar). Salah satunya ialah inteligensi, yaitu suatu
kemampuan untuk berfikir abstrak. Untuk mengukur intelgensi anak bisa
dialakukan dengan tes inteligensi yang dikemukakan oleh Binet yang mengutamakan
usia mental dan usia kronologis. Tingkat kecerdasan anak pun tidak selamanya
tetap, namun bersifat majemuk atau multiple dengan teorinya yaitu multiple
intelligence.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu, dkk. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar,
Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
Mahmud.
2012. Psikologi Pendidikan. Cet. II. Bandung: Pustaka Setia.
Rohmah,
Noer. 2015. Psikologi Pendidikan. Cet. I. Yogyakarta: Kalimedia.
http//:www.kompasiana.com.id//,
( jum’at 22 april jam 11.14)
http//:www.zahrazn.blogspot.co.id//, (Jum’at 22 april jam
11.26)
[1] Noer Rohmah,
psikologi pendidikan, kalimedia, Yogyakarta, 2015, hlm, 196.
[2] Abu Ahmadi,
psikologi sosial, rineka cipta, Jakarta, 1991, hlm, 285.
[3] Noer Rohmah,
op.cit ., halm, 196-198.
[4] Ibid, hlm,
195.
[5] Mahmud,
psikologi pendidikan, pustaka setia, Bandung, 2012, hlm, 101.
[6] Saifuddin
Azwar, pengantar psikologi intelegensi, pustaka pelajar offeset, Yogyakarta,
1996, hlm, 1.
[7] Ibid, hlm, 3-5.
[8] http//:www.kompasiana.com.id
//, ( jum’at 22 april jam 11.14)
[9] Saifuddin
Azwar, op.cit., hlm, 52-53.
[10] http//:www.zahrazn.blogspot.co.id//,
(Jum’at 22 april jam 11.26).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar