Rabu, 11 Mei 2016

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam,  yang berkat taufiq, hidayah dan ma’unahnya, sehingga tugas makalah yang berjudul “ STUDY FIQIH TENTANG WUDHU”, ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai memenuhi tugas.
            Shalawat dan salam selalu kami haturkan kepada baginda Nabi Rasulullah SAW yang membawa syari’at islam dan suri tauladan bagi umat manusia.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat meghargai.

Wonosobo, 22 April 2016
Penulis

 
DAFTAR ISI
Kata pengantar-------------------------------------------------------------------- i   
Daftar isi-------------------------------------------------------------------------- ii  
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang----------------------------------------------------------------- 1  
Rumusan masalah-------------------------------------------------------------- 1
Tujuan-------------------------------------------------------------------------- 1
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang memngaruhi keberhasilan belajar-------------------------- 2
Sejarah dan pengertian intelegensi--------------------------------------------- 3  
Pengukuran intelegensi--------------------------------------------------------- 4  
Teori multiple intelegensi------------------------------------------------------ 5  
BAB III
PENUTUP
     Kesimpulan--------------------------------------------------------------------- 8
Daftar pustaka--------------------------------------------------------------------- 9



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Banyak hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam keberhasilan belajar seorang pelajar. Keberhasilan belajar ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang pelajar. Namun, dalam belajar tidak semuanya berjalan secara mulus. Hal itu dikarenakan karena hambatan atau pengaruh-pengaruh lain baik dari dalam diri seorang pelajar itu sendiri maupun dari luar atau lebih tepatnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang pelajar.  Faktor dari dalam diri seorang pelajar disebut faktor indigon yang meliputi faktor biologis dan faktor pshykologis. Sedangkan faktor dari luar disebut fakktor exogin yang meliputi faktor instrumental dan faktor lingkungan.
B.     RUMUSAN MASALAH
Ø  Faktor-faktor yang memngaruhi keberhasilan belajar
Ø  Sejarah dan pengertian intelegensi
Ø  Pengukuran intelegensi
Ø  Teori multiple intelegensi
C.     TUJUAN
Ø  Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
Ø  Mengetahui sejarah dan pengertian intelegensi
Ø  Mengetahui pengukuran intelegensi
Ø  Memahami teori multiple intelegensi.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
       Banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar, atau menghambat kemajuan belajar bahkan sering juga terjadi kegagalan. Dalam hal ini dapat dikarenakan oleh dua faktor yaitu faktor indigon dan faktor exogin.
Faktor indigon yaitu faktor yang datang dari diri pelajar itu sendiri seperti:
§  Faktor biologis, meliputi:
a.       Kesehatan jasmani
b.      Gizi tinggi (gizi kurang, maka lekas lelah, mudah mengantuk, sukar menerima pelajaran
c.       Kondisi panca indra.[1]
§  Faktor pshychologis
a.       Inteligensi
Faktor inteligensi adalah faktor dari dalam yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Bilamana pembawaan inteligensi anak memang rendah, maka anak terebut memang sukar mencapai hasil belajar yang baik, sehingga perlu bantuan dari pendidik atau orang tua untuk dapat berhasil dalam belajarnya. [2]
b.      Minat
Yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.
c.       Bakat
Bakat diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.
d.      Motivasi
Yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
e.       Kemampuan kognitif
Ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.[3]
Faktor exogin yaitu faktor yang datang dari luar pelajar meliputi:
§  Faktor Imstrumental
a.       Kurikulum
b.      Program
c.       Sarana dan fasilitas
d.      Guru.[4]
§  Faktor Lingkungan
a.       Faktor sosial
Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar adalah guru, teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga. Adapun linkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar iaalah orantua dan keluarga siswa itu sendiri.
b.      Faktor nonsosial
Lingkungan yang tergolong dalam nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal seseorang, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan pelajar.[5]
B.     Sejarah dan Pengertian Intelegensi
1.    Sejarah
     Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga bersalal dari bahasa latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang inteligensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”.[6]
2.    Pengertian
     Andrew crider mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan. Hal tampak dalam bebebara definisi intelegensi sebagaimana pernah dirumuskan oleh para ahli. Seperti Alfred Binet, beliau mendefinisikan intelegensi terdiri atas tiga kompenen, kemampuan untuk mengarahkan fikiran,  kemampuan untuk mengubah arah tindakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Lewis madision terman mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak. Sedangkan H.H. Goddard mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi.[7] Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa definisi intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan fikiran secara abstrak, tindakan dan mengkritik diri sendiri sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam menyelesaikan maslah yang dihadapi.
C.     Pengukuran Intilegensi
Menurut Cyril Burt,  metode untuk mengukur intelligensi dapat di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu menggunakan metode korelasional dan metode skala umur.
1.      metode korelasional
metode ini di pelopori oleh Francis Galton dengan mendenifisikan intelligensi sebagai kapasitas biologi untuk pencapaian intelektual. Dari definisi tersebut Galton mengukur intilegensi dengan mengukur kecepatan mental dan ketajaman panca indra melalui respon terhadap stimulus dari lingkungan.
2.      Metode skala umur
Metode ini di pelopori oleh Alfred Binet mengajukan dua asumsi terhadap inteligensi di antaranya  yaitu:
a.       Kemammpuan mental berkembang dengan semakin bertambahnya umur
b.      Kecepatan manusia dalam memperoleh kompetensi mental mempunyai karakteristik tersendiri dan bersifat konstan dengan berlalunya waktu.
Untuk mengukur kemampuan mental, Binet mewawancarai guru yang berpengalaman dan bertanya tentang masalah yang dapat dipecahkan anak berumur tiga, empat, lima dan seterusnya. Dari penelitian tersebut Binet memperkenalkan apa yang disebut usia mental. Pengukuran ini berguna untuk dunia pendidikan.[8]
Istilah usia mental dikemukakan untuk pertama kalinya bersamaan dengan perumusan perhitungan IQ yaitu:
IQ= ( MA/CA)˟100
 


Keteranga : MA= Mental Age( usia mental )
 CA= Chronological Age ( usia kronologis).
Pada masa tersebut, rumus IQ digunakan untuk menentukan tingkat inteligensi anak berdasarkan hasil tes intilegensi Binet. Sebenarnya usia mental merupakan suatu norma pembanding, yaitu norma performansi pada kelompok tertentu.  Sedangkan usia kronologis itu sendir adalah usia anak sejak dilahirkan yang dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam satuan bulan.[9]
D.    Teori Multiple Intelligence
Kecerdasan seseorang itu bersifat majemuk atau multiple, bisa cerdas dibidang A, tetapi belum tentu dibidang B. Ada orang yang memiliki banyak kecerdasan dan bisa menggunakan bersamaan pada waktu yang sama. Tetapi ada juga orang yang hanya cerdas disatu bidang, sementara dibidang lainnya mereka bodoh. Kita perlu mengenali dibidang apa kecerdasan kita paling menonjol, lalu memanfaatkannya semaksimal mungkin, sementara juga bisa berusaha keras belajar untuk cerdas dibidang-bidang lain. Dengan demikian, kita perlu memperhatikan dibidang apa saja anak-anak kita cerdas dan kita perlu memberi perhatian lebih pada bidang-bidang kecerdasan paling menonjoj pada mereka. Kecerdasan khas yang menonjol pada diri mereka inilah pendidikan yang berbasis pada pengetahuan tentang teori kecerdasan majemuk atau multiple intelegensi.
     Konsep MI (Multiple Intelegensi) dipopularkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University, AS. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan tidak terdiri dari satu yang umum dan beberapa yang khusus, melainkan memang benar-benar ada beberapa intelligensi khusus yang masing-masing mandiri, yaitu (dalam buku versi 1983) kecerdasan bahasa (linguistic), logika- matematika (logic mathematical) dan ruang(sepatial). Dalam versi 1999 di tambah satu yaitu kecerdasan tentang alam(naturalistic intelligensi).
     Tulisan Gardner dalam bukunya Frames of Mind, “semua kecerdasan yang kita miliki menjadikan kita organisme manusia, jika ditinjau dari sudut kognitif.” Dalam bukunya Intelligence Raframed, dia menyatakan hal yang seruba bahwa “ pada dasarnya suatu kecerdasan itu menunjuk pada potensi biopsikologis spesies kita (Homo Sapiens) untuk memproses suatu jenis informasi tertentu dalam cara-cara tertentu.” Menurut teori MI, manusia memiliki banyak kecerdasan, sebagai berikut:
a.    Kecerdasan logis matematis
Kemampuan untuk berfikir saintifik, deduktif logis, kalkulasi numerik, memecahkan masalah dalam waktu yang sangat singkat dalam benak sebelum dituankan ke dalam tulisan.
b.    Kecerdasan linguistik
Penguasaan atas bahasa, segala segi ketatabahasaan, dunia semantik dan fonologi.
c.    Kecerdasan musikal
Kemampuan kognitif untuk menciptakan berbagi jenis komposisi musik atau memainkannya atau memberi tafsiran yang pas atas suatu komposisi musik.
d.   Kecerdasan spasial
Kemampuan mental untuk dengan baik mengenali ruang dan tempat-tempat didalmnya, dalam rangka mengarahkan gerak dan arah sesuatu dalam suatu navigasi.
e.    Kecerdasan interpersonal
Kepiawaian untuk mengenali diri individu-individu diluar sendiri dan mendeteksi berbagai suasana mental mereka masing-masing dan untuk membaca alam pikiran.
f.     Kecerdasan intrapersonal
Kemampuan mental untuk mengenali aspek-aspek internal diri sendiri, misalnya kognisi, perasaan, emosi, kebutuhan, keinginan, kemauan, harapan, kerinduan, dan untuk membeda-bedakan aspek-aspek ini, yang diperlukan untuk memahami dan memandu perilaku dan tindakan sendiri.
g.    Kecerdasan kinestik-ragawi
kemampuan untuk menggunakan dan mengontrol tubuh sendiri dan semua anggotanya dengan sangat piawai dan dalam cara yang sangat beranekaragam, dan untuk menggunakan berbagai objek dan benda dengan mahir dan memikat, bagi keperluan pementasan dan pagelaran atau tujuan-tujuan lain.[10]


  

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam belajar, banyak hal-hal yang dapat menghambat atau mempengaruhi kondisi belajar untuk mencapai suatu keberhasilan. Hal yang dapat mempengaruhi kondisi belajar dapat dikarenakan oleh dua faktor yaitu faktor indigon( dalam) dan faktor exogin( luar). Salah satunya ialah inteligensi, yaitu suatu kemampuan untuk berfikir abstrak. Untuk mengukur intelgensi anak bisa dialakukan dengan tes inteligensi yang dikemukakan oleh Binet yang mengutamakan usia mental dan usia kronologis. Tingkat kecerdasan anak pun tidak selamanya tetap, namun bersifat majemuk atau multiple dengan teorinya yaitu multiple intelligence.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dkk. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Mahmud. 2012. Psikologi Pendidikan. Cet. II. Bandung: Pustaka Setia.
Rohmah, Noer. 2015. Psikologi Pendidikan. Cet. I. Yogyakarta: Kalimedia.
http//:www.kompasiana.com.id//, (  jum’at 22 april jam 11.14)
http//:www.zahrazn.blogspot.co.id//, (Jum’at 22 april jam 11.26)



[1] Noer Rohmah, psikologi pendidikan, kalimedia, Yogyakarta, 2015, hlm, 196.
[2] Abu Ahmadi, psikologi sosial, rineka cipta, Jakarta, 1991, hlm, 285.
[3] Noer Rohmah, op.cit ., halm, 196-198.
[4] Ibid, hlm, 195.
[5] Mahmud, psikologi pendidikan, pustaka setia, Bandung, 2012, hlm, 101.
[6] Saifuddin Azwar, pengantar psikologi intelegensi, pustaka pelajar offeset, Yogyakarta, 1996, hlm, 1.
[7] Ibid, hlm, 3-5.
[8] http//:www.kompasiana.com.id //, ( jum’at 22 april jam 11.14)
[9] Saifuddin Azwar, op.cit., hlm, 52-53.
[10] http//:www.zahrazn.blogspot.co.id//, (Jum’at 22 april jam 11.26).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar